Pendidik Inspiratif 137 Prof.Dr.Mohammad Noor Syam, MA
Oleh Mardianto
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang teleologis, bertujuan. Tujuan proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan. Sebab potensi manusia yang paling alamiah ialah bertumbuh menuju ketingkat kedewasaan, kematangan. Potensi ini akan terwujud apabila prakondisi alamiah dan sosial manusia memungkinkan, misalnya; iklim, makanan, kesehatan, keamanan, relative sesuai dengan kebutuhan manusia. (Syam,1984:40)
Bila semua yang kita lakukan memiliki dimensi telologis,
maka kita akan mendapatkan hikmah dari apa saja yang terjadi, mungkin saja
dalam berkeluarga, berkerja, mendidik maupun lainnya. Mengapa mesti teleologis,
karena muara kehidupan akan selesai bila disandarkan pada supra sistem dari
diri kita sendiri, bayangkan diri kita adalah hanya wayang dari dalang yang
lebih berkuasa, maka jalani dan nikmati.
Hidup berkeluarga, bila didasari dengan niat ingin
menambah keturunan agar meneruskan generasi yang mampu berinteraksi saling
membahagiakan, maka langkah awalnya adalah penyamaan persepsi tentang arti
hidup dan bahagia. Pasangan hidup kita adalah orang yang dapat diajak untuk
memberikan makna apa itu interaksi, saling berhubungan, saling membutuhkan,
saling melengkapi dan saling mengingatkan inilah potensi awal yang secara
alamiah dimiliki oleh semua pasangan hidup. Tujuan akhir dari berkeluarga tiada
lain adalah untuk bersama mengabdi abdi Tuhan, bukan sekedar ibadah bertambah
pahala, lebih dari itu kelengkapan sebagai hamba Allah menjadi nyata, karena
kehadiran orang lain yang dicintai.
Hidup untuk bekerja tentu diawali dari upaya pemenuhan
kebutuhan makan, sandang, papan dan seterusnya, tetapi tidak berhenti sampai
disini. Bekerja untuk makan yang didapat adalah kebugaran, bekerja untuk
sandang, yang diperoleh adalah gaya dan penampilan, bekerja untuk papan selalu
terukur dari kemewahan. Ketiga hal di atas sangat subyektif, sehingga tidak ada
ukuran akhir dari keberhasilan hidup bekerja, maka kita diingatkan bekerja
untuk hidup agar mudah melaksanakan ibadah. Kesehatan yang dimiliki dengan
kepribadian yang mandiri adalah kemudahan untuk melaksanakan ibadah kapan saja,
dimana saja dan berbagi bersama itulah puncak kebagiaan. Sekali lagi niat
bekerja adalah untuk ibadah walaupun ada hal lain di tengah tengahnya.
Hidup untuk mendidik itu naluri yang tidak dapat
dipungkiri, karena kita dapat hidup dari orang yang sebelumnya memberikan
pendidikan. Tetapi anehnya kita bukan diminta untuk berbalas budi dengan
mendidik orang yang telah mendidik kita, justru kita menerima dan meneruskan
dengan cara berterima kasih. Kata terima kasih bermakna rasa syukur kita
terhadap orang yang telah mendidik kita, sehingga balas budi diiringi doa agar
orang tersebut mendapatkan kebahagiaan. Tidak ada alasan lain bahwa tugas
mendidik adalah kebutuhan manusia dan sangat telologis karena itu lakukan lah
mendidik dengan niat yang Ikhlas semata untuk mengembangkan potensi alamiah
agar berkah dalam beribadah.
Pendidik inspiratif adalah sebuah proses yang terus
berkembang dari kegiatan karena kebutuhan, karena alasan alamiah, dan akhrnya
bertujuan secara teologis yakni untuk ibadah.
Bagi pendidik inspiratif memaknai hidup memang terus berkembang, dari
awal mengalami pendidikan, kemudian melakukan upaya terima kasih, dan akhirnya
mau berbagi disanalah lahir kedewasan dan kematangan sebagai seorang pendidik
yang sejati.
Kita setuju “Dengan kolaborasi
kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.