Kisah ke 17
Pak Marmuj dan Penghargaan di Istana Negara
Tepat tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan
Nasional, seluruh insan pendidikan ada yang bersuka cita, ada yang berdo`a, ada
pula yang refleksi bahkan ada yang mengenang sampai ke pusara guru mereka.
Itulah Hari Pendidikan Nasional diperingati dari sekolah-sekolah, sampai Istana
Negara atau paling tidak di Kementerian Pendidikan Nasional. Pada tanggal 2 Mei
tahun ini sedikit berbeda, Pak Marmuj sebagai seorang guru sedang berada di ibu
kota, karena ia seroang guru dari desa yang berhasil mengikuti program doktor turut
diundang ke istana negara.
Upacara peringatan Hari Pendidikan
Nasionalpun berlangsung, dari menaikkan bendera merah putih, sambutan sampai
menyaksikan acara atraksi dari sekolah unggulan terpilih bertaraf internasional,
didahului penampilan sekolah unik, bersahaja dari sebuah provinsi di tanah air.
Setelah acara setengah harian pun
selesai, tibalah malam keakraban silaturahmi dengan pejabat negara. Pak
Presiden mengundang seluruh guru terpilih mewakili daerah dengan berbagai
prestasi, dan latar belakang yang panjang untuk diceritakan. Tapi paling tidak
itulah alasan yang menjadi kriteria tertulis panitia seleksi sehingga mereka
pantas mendapat kesempatan masuk istana negara untuk memperoleh penghargaan.
Keakraban sesama peserta begitu
semriwah..... semua orang terkesan kitalah yang paling baik dan berjasa dalam
pendidikan di negeri ini.
Acara sedikit formal diatur sedemikian
rupa, tujuh guru dari berbagai latar belakang dihadapkan kepada presiden sambil
berdiri ditengah-tengah acara.
Pak Presiden bertanya pada guru yang
pertama
Presiden:
Bapak, guru dari
daerah mana?
Guru Pertama:
Saya bertugas di
daerah Jawa Barat pak Presiden.
Presiden:
Lho
bisa sampai ke istana coba cerita sedikit, silahkan....
Guru Pertama:
Saya
kelau mengajar, pergi jam 6 pagi jalan kaki dua jam dan kemudian saya pulang
jam 6 sore itupun masih berjalan kaki lagi dua jam, sampai di rumah menjelang
magrib.
Pak Presiden manggut-manggut pantas kamu
dapat penghargaan.
Presiden:
Boleh pilih sepeda
untuk dibawa pulang ya.
Pak Presiden bertanya pada guru yang
kedua.
Presiden:
Bapak, guru dari
daerah mana lagi?
Guru kedua:
Saya
bertugas di derah Kepulauan Nias Sumatera Utara tepatnya di Pulau Pulau Batu pak
Presiden
Kalau
untuk mengajar SD Pergi hari senin naik kapal, kemudian saya mandah satu pekan,
sabtu sore saya baru pulang menjumpai keluarga.
Pak Presidenpun terkesima....
Memang patut kamu dapat penghargaan,
terima kasih.
Presiden:
Boleh hadiah
sepeda ya untuk keluarga... silahkan bawa pulang.
Pak Presiden bertanya kepada Guru yang ketiga
Presiden:
Nah ibu, guru dari
daerah mana pula.....
Guru ketiga:
Saya
berasal dari Kepulauan Riau pak Presiden, saya bertugas jadi guru P3K, kalau
mengajar harus berangkat tanggal satu pulang tanggal 31 begitulah setiap bulan
saya jalani.
Pak Presidenpun diam sejenak, wah
bagaimana keluarga ditinggalkan ya.....
Ok-ok...... itu masih ada sepeda hadiah
untuk ibu boleh dibawa pulang.....
Pak Presiden bertanya kepada Guru yang
Keempat
Presiden:
Ini adalagi ya,
bapak dari daerah mana......
Guru keempat:
Saya
berasal dari Irian Jaya Pak Presiden,
Pak Presiden menyela dan bertanya
langsung....
Presiden:
Maksudnya Irian
dimana tepatnya?
Guru keempat:
Saya dari Meraoke
daerah perbatasan pak Presiden....
Kalau
saya mengajar saya harus bertugas berangkat bulan Januari, dan kembali ke
keluarga bulan Desember, itu sudah 19 tahun saya jalani Pak Presiden.
Hemm...... Presiden terdiam
sejenak......
Presiden:
Terima
kasih terima kasih...... ya sudah Sepeda juga ya..... bawa pulang,
mudah-mudahan bermanfaat.
Mata pak Presiden langsung mengarah ke
guru yang ketujuh,
Padahal ada dua guru lagi mengenakan
dasi diantaranya.
Presiden:
Sekarang saya
tanya kamu siapa nama bapak?
Guru ketujuh:
Saya Pak Marmuj
pak Presiden.
Presiden:
Lah
bapak darimana lagi hayo.... tadi sepertinya sudah seluruh Indonesia, bapak dari
mana apa dari luar negeri....
Pak Marmuj:
Bukan Pak Presiden
saya dari Medan-Jakarta........
Presiden:
Lho apa maksudnya
kok Medan-Jakarta....
Apa bapak ini
supir bus......
Pak Marmuj:
Saya
guru SD di pinggir kota Medan, dan kini sedang tinggal di Jakarta Pak Presiden.
Semua orang menunggu apa pula cerita
dari Pak Marmuj kali ini.
Presiden:
Coba-coba
cerita bagaimana kisahnya Medan-Jakarta, ini menarik ini..... ada guru
Medan-Jakarta ya...
Pak Marmuj:
Saya
berangkat dari Medan sudah tiga tahun lalu sampai kini tidak pulang-pulang Pak
Presiden... jadi saya sudah lama tidak jumpa keluarga.
Presiden:
Lho.... memangnya
kenapa kan bisa pulang sudah ada jalan tol.
Pak Marmuj:
Tidak
bisa pak Presiden karena saya mendapat beasiswa program doktor dan belum tamat,
karena beasiswanya hanya satu kali naik pesawat berangkat dan satu kali naik
pesawat pulang..
Jadi....
Ya
itulah pak Presiden, saya waktu pergi sendiri, ini sudah tiga tahun sampai
sampai ingin punya istri lagi....
Hahahahahhahahah.
Seluruh orang yang ada disekitar Pak
Presiden tertawa........
Presiden:
Jadi kamu ingin
pulang atau ingin cepat tamat....
Pak Marmuj:
Ingin tamat dan
pulang Pak Presiden.
Pak Presiden nanya pada Pak Menteri
Pendidikan,
Presiden:
Apa benar kuliah
jadi doktor itu harus lama-lama.
Pak Menteri menjawab:
Pak untuk kuliah jadi
doktor memang ada regulasinya 3 sampai 6 tahun.....
Presiden:
Ya
sudah, bapak nggak usah dapat sepeda ya. Cukup dapat SK pengganti Pembimbing
saja......
Pak Marmuj:
“6459kwmowe9um968n7wjynew7wn68jy8n68jyy8n-wo”
Pak Marmuj, Pak Marmuj.......
Acara Ramah tamah hari guru pun usai,
semua pulang ke hotel masing-masing, membawa segudang cerita, dari ketatnya
protokoler, tata cara salaman, sampai layanan istana photo dengan pak presiden,
wah..... sungguh.
Pak marmuj pulang dari hotel kembali ke
kamar kecil yang dikontrak selama kuliah.
Berharap SK Pengganti Pembiming segera
terbit, iapun dapat menyelesaikan studinya.
Ternyata hidup ini memang harus
menghadapi segala masalah, sekolah pun ada masalahnya. Bahkan menulis disertasi
paling lama justru merumuskan latar belakang masalah.
Pak Marmuj dan Istana Negara sebuah
kenangan, prestasi, silaturahmi, tapi disana juga ternyata ada solusi sesuai
dengan pengalaman kita masing-masing.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap kita bekerja sesuai
dengan kesanggupan masing-masing, maknai dan cari keberkahan darinya, maka akan
bernilai ibadah.
Kedua; dimanapun kita bekerja bila sudah
diniatkan untuk ibadah, jadi guru di daerah kota, desa, batas negara semuanya
memiliki tantangan. Tetapi pengertian dari seluruh keluarga itulah sesungguhnya
do`a dan semangat dalam hidup kita.
Ketiga; studi lanjut tidaklah semata
karena tuntuan profesi, lebih dari itu rentang waktu selama kita belajar adalah
masa untuk berjihad, jadi selama studi selama itulah kita akan menjadi bagian
dari fisabilillah.
Ketujuh; kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari
berbagai sumber